Sunday, April 15, 2007

Retorika seorang pemimpin ideal..

Hm, jadi pengen nulis yang serius nih malam ini, gara2 sebuah diskusi asik selama dua jam dengan temanku barusan. Sebuah diskusi yang benar2 menyegarkan pikiranku, dari tentang sekulerisme sampai apalan juz amma, dari muslim kaffah sampai pemimpin ideal. Yah, kita memang berdiskusi banyak soal kehidupan. Sebuah diskusi berat di akhir minggu yang harusnya berjalan ringan2 aja. Dan entah mengapa aku jadi begitu semangat sekali ketika kita berdiskusi soal muslim kaffah dan kepemimpinan, banyak hal2 baru yang aku dapetin dari diskusi ini, bukan segitu barunya sih, cuman, menambah sisi pandangku aja akan arti seorang pemimpin.

Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang amanah, itu kita semua tau. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang baik memimpin dirinya sendiri dulu sebelum memimpin orang lain, itu sudah dimengerti diluar kepala. Tapi pernyataan yang keluar dari temenku tadi benar2 menohok hati sampai ke unit2 fungsional sel2 di dalamnya seperti hepatocyte, saluran empedu, kupffer cell, space of disse (halah, apaan sih!). Aku belum pernah memandang seorang pemimpin adalah seperti yang temenku katakan barusan..

”Pemimpin adalah wakil Tuhan di dunia ini”..

Dasss!! Dasyat banget gak sih.. ya kalo menurut kalian gak dasyat ya gapapa,tapi kalo menurutku itu dasyat banget, gak pernah ada dalam jalan pikiranku sebelumnya, bahwa pemimpin adalah wakil Tuhan. Seorang kepala keluarga adalah wakil Tuhan di keluarga tersebut, seorang ketua RT adalah wakil Tuhan di RT tersebut, dan tentu saja seorang presiden adalah wakil Tuhan di satu negara. Jadi kalo kamu adalah seorang pemimpin, dimanapun kamu berada, kamu adalah wakil Tuhan di kumpulanmu tersebut.. Jelas banget kan, dan jadi jelas banget juga kenapa tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir nanti, namanya juga wakil Tuhan.

Dan untuk itu, ketika kita diberikan amanah untuk menjadi pemimpin, hukumnya wajib buat kita untuk menjalankan amanah tersebut dengan cara2 yang diatur oleh Tuhan, namanya juga wakil Tuhan. Maka dari itu, aneh aja menurutku ketika ada orang2 yang ingin memisahkan antara urusan agama(Islam) dan dunia, sebuah dikotomi yang paling absurd menurutku, karena itu adalah suatu kesatuan hidup yang gak bisa kita lakukan secara parsial. Kalo mau dipisah2in, ya hasilnya gak akan sesuai dengan tujuan kita sebagai hamba Tuhan..

Mau gak mau, ketika kita menjadi pemimpin, komunikasi kita gak bisa kalo cuman kearah horizontal yaitu dengan konstituen kita, tapi juga wajib buat kita untuk berkomunikasi secara vertikal, ke Atasan kita, Tuhan. Namanya juga wakil Tuhan. Ditekankan oleh temenku tadi kalo kita mau jadi pemimpin yang sukses, ikutilah apa yang sudah diatur oleh Atasan kita, belajar dengan tekun, pahami dan amalkan ajaran Islam dengan baik. Kan udah ada tuh buku petunjuk manual kita sebagai manusia (Quran n Hadits), ya pake dong.. Bayangkan kalo seorang pemimpin aja sholatnya bolong2, mau dibawa kemana dirinya dan pengikut2nya?? Yah, pernyataan2 yang keluar memang terasa amat menohok dada, aku pemimpin(walaupun lingkupnya kecil) , tapi belum bisa memimpin sesuai dengan petunjuk Dia, belum bisa memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik, jangankan memakai Quran n Hadits sebagai petunjukku memimpin, hapal semua Juz Amma aja aku nggak, hiks, sedihnya..

Oh ya, seorang pemimpin juga harus tawadu’, atau rendah diri, membumi, down2earth, yah gitu deh. Kepikiran itu gara2 salah satu seniorku menulis soal tawadu’ di emailnya waktu itu.

Menjadi seorang pemimpin adalah amanah, menjadi seorang pemimpin berarti kita harus bisa melayani umat dengan baik. Tuhan mewakilkan hambanya untuk menjadi seorang pemimpin ya agar umat2-Nya yang laen bisa mendapat manfaat. Ketika seorang pemimpin tidak bisa melayani umat tapi malah minta dilayani oleh umat, ya sorry2say, kepemimpinan dia cuman sekedar retorika belaka.

Aku masih harus belajar banyak tentang kepemimpinan, menjadi seorang pemimpin tidak mudah, banyak rintangannya, cobaan pasti datang bertubi-tubi. Menjadi pemimpin berarti kita harus siap pasang badan, capek, pegal2, kurang tidur, mata berkunang-kunang, saluran pernapasan terganggu, jantung berdebar2, dan gangguan2 lainnya (ya semoga saja menjadi pemimpin gak bisa mengakibatkan impotensi,hehe..eh tapi bisa ding, kalo dia pemimpin yang perokok berat.). Trus apa enaknya jadi pemimpin? Kenapa kita harus berkorban segitu besarnya padahal kita bisa hidup dengan tenang dan damai, bermain2, nongkrong di kedai kopi, dan melakukan keasyikan2 yang laen tanpa hambatan dan gangguan.

Buatku ya karena kita harus melakukan sesuatu yang berarti di hidup ini, dan menjadi seorang pemimpin yang amanah, adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup. Bayangkan, ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain, dalam hal ini konstituen kita, dan mereka kemudian menyebarkan manfaat yang kita berikan kepada orang lain, dan orang lain itu membagi manfaat itu ke orang yang lain, dst dst.. bukankah itu tujuan kita sebagai seorang muslim, memberikan rahmat ke seluruh alam semesta, sekarang tanyakan pada diri kita masing2, mau gak kita menyebarkan rahmat dan manfaat dalam hidup ini? Janji Tuhan itu pasti lho, dan gak mungkin gak terjadi.

Jadi masih mau nongkrong di mall aja tanpa melakukan sesuatu yang berarti dalam hidup ini? Kalo aku sih ya nggak, kalo kamu?

1 comment:

Chici F A Abdulfattah said...

ya setiap orang adalah pemimpin, minimal dia mempimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain,
karena setiap individu punya pengaruh dengan individu yang lain,

"pemimpin adalah mempengaruhi"
dan Tuhan adil dalam memberikan hak pengaruh disetiap individu..

semuanya dikembalikan di setiap individu, apakah memimpin keburukan atau kebaikan.

nice post
di tunggu kunjungan baliknya
http://chicicuitcit.blogspot.com/